Bandung
– Acara Maulid Nabi di Masjid Raya Bandung pada Minggu (19/1) kemarin
memberi kesan berbeda dengan perayaan Maulid Nabi biasanya. Sebab, acara
tersebut terselenggara atas kerjasama beberapa ormas dari kalangan
muslim Ahlussunnah dan Syiah, yang selama ini sering diisukan berbeda
pemahaman dalam berIslam dan bahkan selalu dikesankan saling bermusuhan
satu sama lain.
Namun dengan terselenggaranya peringatan Maulid Nabi bersama kali
ini, patahlah tuduhan-tuduhan dan provokasi tak berdasar yang selama ini
beredar. Ternyata, dengan bermodal penghormatan dan kecintaan yang sama
kepada sosok teladan Khatamun Nabiyyin, Rasulullah Muhammad Saw, umat
Islam mampu bersatu dalam semangat ukhuwah demi kedamaian dan
kemaslahatan bersama di bawah panji rahmatan lil ‘alamin.
Acara yang berlangsung empat jam itu dimulai sekitar pukul 20:00 WIB.
Dari pihak Syiah hadir perwakilan Ormas Islam Ahlulbait Indonesia dan
Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), sementara dari kalangan
Ahlussunnah diwakili oleh Jama’ah Muslimat NU kota Bandung, GP Ansor,
Banser, Pagar Nusa, Jaringan Gusdurian kota Bandung, Forum Silaturahim
Warga Nahdhiyin (FOSWAN), Jama’ah Masjid Raya Bandung, Jama’ah Masjid
Raya Al Munawarah, Anggota HMI, Anggota Deklarasi Sancang, Anggota
Paguyuban Jaka Tarub, Paguyuban Pendekar Banten dan beberapa ormas islam
lainnya.
Dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, acara dilanjutkan dengan
pagelaran marawis. Kemudian pembacaan Tawassul oleh KH Alawi Nurul Alam
Al-Bantani, da’i muda yang juga penulis buku berjudul “Salafi Wahabi
(Persis) bertanya, Kiyai NU Menjawab.”
Setelah itu, acara inti seperti biasa adalah ceramah agama. Salah
satunya disampaikan KH. Zainul Akifin al-Abbas mewakili Forum
Silaturrahim Warga Nahdliyin (FOSWAN) yang dalam ceramahnya menyinggung
tentang meningkatnya kelompok-kelompok Anti-Maulid dan perayaan-perayaan
keagamaan lainnya seraya berpesan dan menghimbau masyarakat agar
berhati-hati dan waspada terhadap kelompok-kelompok tersebut karena
mereka merasa paling benar, dan menganggap orang yang tidak sepaham
denganya pasti salah.
“Kelompok ini juga tak segan menganggap orang lain sebagai ahli
neraka dan ahli bid’ah karena amalan-amalannya mereka anggap tidak
pernah dilakukan dan dicontohkan Rasulullah sebelumnya,” terang KH.
Zainul Akifin.
Senada dengan skip FOSWAN, penceramah lain dari Lembaga Ta’mir Masjid
Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (LTM PBNU), KH. Abdul Manan A. Ghani
juga menyinggung maraknya gerakan kelompok Islam radikal yang
mengampanyekan semangat Anti-Maulid dan menganggap hal itu sebagai
cikal-bakal kehancuran negara.
“Rupanya sudah tergambar bagaimana upaya musuh, bahkan musuh yang
berasal dari dalam tubuh Islam sendiri begitu getolnya melakukan aksi
penggerogotan agar umat ini tercerai-berai. Maka dengan adanya acara ini
harus kita akui bahwa khususnya pihak penyelenggara dan tentunya
masyarakat Islam pada umumnya, betapa mereka semua sangat mengingingkan
persatuan dan terjalin eratnya ukhuwah islamiyah demi keutuhan NKRI,”
papar KH. Abdul Manan A. Ghani.
Sementara Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal), penceramah dari pihak
Syiah menyampaikan tentang betapa pentingnya peringatan maulid bagi kaum
Muslim. Menurutnya peringatan maulid itu adalah sebentuk ekspresi
kerinduan kita kepada Rasulullah, kerinduan sekaligus bukti kecintaan
yang sangat dalam maknanya. Sehingga karenanya Kang Jalal berharap agar
penyelengaraan Maulid Nabi mampu tetap kita jaga kelestariannya di
tengah umat.
Di akhir acara, doa penutup dipimpin Habib Hasan Daliel Alaydrus,
Ketua Umum DPP Ahlulbait Indonesia yang juga hadir dalam acara tersebut,
dilanjutkan prosesi pembagian 114 tumpeng kepada ribuan jamaah yang
tumpah-ruah di pelataran masjid Raya Bandung malam itu.
sumber : ahlulbaitindonesia